SAWAHLUNTO – Dua puluh tiga tahun silam, melalui program one vilage one product, kerupuk ubi atau singkong produksi masyarakat Nagari Kubang Sawahlunto ini pernah dikirim ke Ibukota Negara Jakarta.
Waktu itu di bawah bendera perusahaan PT Sarana Sugai Adiraya, satu truk kerupuk ubi Kubang berangkat ke pulau Jawa. Itu menjadi pengiriman pertama sekaligus menjadi pengiriman terakhir.
Padahal banyak harapan pengerajin kerupuk ubi alias singkong tertumpang, untuk memperluas pasar penjualan. Kini setelah 23 tahun, kerupuk ubi atau singkong Kubang tadi kembali berangkat ke Jakarta.
Kali ini bukan dengan produk mentah. Namun kerupuk singkong yang sudah diolah dengan kemasan yang enak dipandang mata. Hikecy, brand baru kerupuk Kubang yang sudah diolah dan dibumbui dengan ragam varian rasa.
Tidak tanggung-tanggung, harapan pengrajin kerupuk ubi dulu kembali mengemuka, tampil dengan lebih elegan, bahkan mengantarkan sang peraciknya, Fhadell Trio Putra menjadi Pemuda Pelopor Bidang Pangan tingkat nasional.
Iven yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga itu, mendaulat anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Yanuar dan Sarlinis sebagai juara pertama, menyisihkan puluhan peserta dari nusantara.
“Saya rasa dengan kerupuk singkong rasa rendang ini, bisa menggantikan lauk untuk makan nasi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda, Asrorun Sholeh, bersama tiga juri lainnya sambil tertawa ketika menguji Fhadell Trio Putra.
Pemuda Pelopor terbaik Indonesia 2020, tampil dengan mengusung produk kerupuk singkong dengan brand Hikecy, yang dirintisnya sejak tiga tahun lalu. Kesuksesan yang diraih Fhadell tentu tidak datang begitu saja.
Banyak kisah antara Fhadell dan Hikecy. Lajang yang sempat menduduki jabatan eksekutif di salah satu perusahaan alat kesehatan itu, sempat terhempas hingga bangkrut dalam mengembangkan usaha.
Fhadell mengaku otaknya langsung bekerja, ketika melihat kerupuk singkong hasil olahan tangan-tangan cekatan di Nagari Kubang itu, kenapa harus dijual mentah. Kerupuk yang enak dan gurih itu semestinya bisa diolah.
Memadupadankan dengan kepandaian sang ibu dalam membuat varian rasa, Fhadell pun memberanikan diri untuk membeli kerupuk mentah, kemudian diolah dan dipasarkan.
“Awalnya dalam plastik kemasan biasa. Banyak yang meragukan, namun saya berikan kerupuk untuk dicicipi. Alhamdulillah, banyak yang membeli,” kenang Fhadell ketika ditemui kabarita.co, pekan ini.
Pertama, lanjutnya, hanya 20 kilogram dalam sebulan. Produk olahannya pun harus dipasarkan hingga keluar masuk kantor. Kini, dalam sebulan Fhadell mampu menghabiskan 200 kilogram bahan baku.
Fhadell mengaku mendapatkan banyak support dari Pemerintah Kota Sawahlunto. terutama dari Wali Kota dan Wakil Wali Kota, Deri Asta dan Zohirin Sayuti. “Semangat saya tampil, dengan menjual Sawahlunto yang baru saja ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto, Deri Asta ketika menyambut kedatangan Fhadell Trio Putra menyatakan sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mensupport masyarakat dalam berkompetisi.
“Fhadell memiliki talenta yang sangat dibutuhkan pemerintah, terutama dalam mencarikan solusi-solusi dalam menyemangati masyarakat untuk tampil menjadi interpreneur,” kata Deri Asta.
Menurut Deri Asta, pemerintah akan terus mendorong usaha yang tengah dikembangkan Fhadell. Semakin berkembang dan semakin luas pasar, tentu efeknya akan semakin besar terhadap pengrajin kerupuk singkong sendiri.(Fad)
Editor: Yusiana
Komentar post